Selasa, 01 Mei 2012

Corat-coret dini hari



(Curhat dong......hehehe..kayak mau Curhat ke Mamah Dedeh aja..)

Setelah melahirkan Arvind, 2006, aku mulai disibukkan dengan bacaan-bacaan parenting. Tabloid Nakita rutin aku beli setiap Senin, walau tidak berlangganan. Sepertinya aku kehausan ilmu menjadi seorang Ibu. Tidak hanya Nakita, tapi juga majalah-majalah parenting lain yang harganya termasuk tidak murah buat ukuran aku, pokoknya setiap melihat cover majalah yang ada Ibu & Anak nya pasti aku ngiler untuk membelinya, walau belakangan aku lebih suka membeli majalah-majalah parenting itu di lapak majalah/buku bekas, hehe…lebih murah hanya @Rp3000 saja satu majalah, yang penting isinya masih update soal parenting.

Tidak hanya majalah, DVD-DVD Brainy Baby lengkap aku beli untuk Arvind, yang kebetulan juga suka nonton dari usia 6 bulan, (mungkin turunan papa mamanya yang hobi nonton juga) dan sampai sekarang sudah tidak terhitung lagi koleksi DVD yang Arvind punya, dari Barney, Elmo, The Wiggles, Dora The Explorer, Diego, National Geography untuk dokumenter K9 to 5 (Serial Anjing), film-film bertema anjing, dan banyak lagi.

Dulu aku berpikir, (setelah mendengar beberapa selentingan juga) , jangan terlalu banyak nonton TV, ngga bagus. Ya bener juga sih, kalau nontonnya sinetron atau infotainment, bela ku dalam hati. Apalagi setelah aku baca di buku, dari hasil survey, anak-anak yang suka nonton, dalam tanda kutip film atau tontonan yang mendidik, jauh lebih baik (jika tidak mau dianggap lebih pintar) ketimbang yang tidak mendapat stimulasi apa-apa. (ya jelas lah hehehe). Dan anakku juga bukan tipe penonton yang duduk diam seperti patung, sambil melongo menatap layar TV, tanpa ekspresi. Sampai usianya yang ke-4 sekarang, kami masih rutin membeli DVD untuk dia, dan tentunya merasa wajib berlangganan Indovision, (walau harus mengencangkan ikat pinggang kami orang tuanya), karena tidak banyak hiburan untuk anak di stasiun televisi kita, kalaupun ada masih harus dipotong atau di-cut dengan iklan yang seabreg-abreg.

Hhmm..aku menuliskan ini, setelah aku tidak bisa tidur lagi..hehehe..seperti biasa, jika aku tidak bisa tidur, itu berarti kepalaku sudah penuh dengan pikiran-pikiranku sendiri, dan harus aku tumpahkan. Mungkin ini karena tadi siang anakku mulai beraksi, menjadi seorang “Magician”, dan dia show off di depan mamanya, dalam bahasa Inggris. Aku tercenung lama..dalam hati bangga sekali melihat dia bergaya sambil cas-cis-cus dengan bahasanya sendiri, karena aku tidak mengajarkan dia seperti itu. Mungkin dia lihat di TV pikirku.

Aku mulai kembali ke masa lalu. Dari tadi siang, aku banyak melamun tentang masa-masa kami tinggal di kontrakan di daerah Rawa Belong, di mana Arvind mulai tinggal. Yah..ternyata usahaku menunjuk-nunjukkan kata-kata dalam bahasa Inggris dari karton poster yang dijual Rp 1000-an per lembar itu, sudah gamblang terlihat hasilnya sekarang.

Dulu, aku rajin menempelkan dinding rumah kontrakan kami dengan poster-poster karton tentang Binatang, Sayuran, Alat-alat Transportasi, Alat-alat Musik, Huruf, Abjad, Bentuk, apapun..dari kamar, ruang tengah dan ruang tamu penuh dengan tempelan poster itu..Sampai abang penjual poster itu, selalu menawarkan jika ada poster baru, hehe..”Sudah penuh mas, sudah nggak ada tempat buat nempel.” Tapi tetap kubeli juga. Dari 4 bulan, sejak lehernya sudah tegak, aku sudah tunjukkan gambar dan namanya dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia, ditambah lagi dengan suara-suaranya jika itu tentang binatang, atau alat transportasi. Misal, gambar Anjing, sambil menunjukkan gambar anjingnya,aku bilang,”Ini Anjing, bahasa Inggrisnya DOG, guk..guk..guk..” kalo sudah ditambah “guk..guk..guk.. Arvind pasti ketawa..atau ini Kereta, bahasa Inggrisnya TRAIN, tcu..tcu..caga..caga..tcu..tcu..” .

Ternyata, dulu aku juga rajin ngoceh sambil jalan memberitahu Arvind semua yang aku lihat berikut bahasa Inggrisnya. Misalnya, lihat mobil, aku bilang itu mobil, bahasa Inggrisnya “CAR”, itu rumah bahasa Inggrisnya “House”, mungkin excited jadi ibu pertama kali, yang membuat aku tidak bosan ngoceh sama Arvind, walau hasilnya tidak tampak sampai suatu ketika dia berumur 8 bulan, saat
pagi- pagi, ketika kami jalan di gang Zakaria yang sempit itu, Arvind mengucapkan kata “RABBIT” pertamanya, ketika kami melewati rumah tetangga kami yang memelihara kelinci. Aku terpana..ha..dia sudah bisa bilang “RABBIT”..walaupun lebih ke “ABBIT” karena huruf “R” nya belum jelas. Aku senangnya bukan main. Kata ke dua yang Arvind ucapkan adalah “BEE”, karena aku sering bacakan dia buku tentang Lebah juga. Waktu itu, papanya Arvind sedang tugas di Surabaya, jadi mungkin selama 6 bulan ditinggal papanya Arvind, aku ngoceh terus dengan Arvind, karena tidak punya teman bicara di rumah kontrakan itu. Waktu ditelpon papa Arvind dari Surabaya, aku suruh papanya tanya ke Arvind, “Arvind bahasa Inggrisnya lebah apa?” Tanpa lama-lama, Arvind langsung jawab,”BEE”…(itu di usianya yang ke-8 bulan) ..wah..ternyata anakku mendengarkan & menyerapnya..

Menurut Glenn Doman, berikan saja, jangan di tes. Aku juga berusaha tidak nge-tes lagi anakku untuk tahu perkembangannya, sampai di usianya 1 tahun 20 hari, dia aku ajak ke sekolah TK Kuncup Harapan, milik sepupu Arvind yang sedang ada lomba cerdas-cermat bahasa Inggris anak-anak TK. Karena dengan pengeras suara, kami yang di luar juga mendengar aktivitas lomba tersebut. Saat ibu guru itu bertanya ke peserta lomba,”Apa bahasa Inggrisnya, Anjing?” Tiba-tiba Arvind menjawab dari gendonganku,”DOG.” Aku terhenyak. “Kucing?”, Arvind jawab “CAT”. Jadi, dari luar sekolah, Arvind ikut menjawab pertanyaan ibu guru tadi dan waktu itu aku hitung dia bisa sebut 10 kata dengan benar. “Ohh my GOD..ternyata anakku sudah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Lewat 10 hari, sudah 20 kata bahasa Inggris dia sebutkan, berarti di usia dia 1 tahun 20 hari. Ini semua bisa kuingat, karena aku mencatat peristiwa bersejarah ini dalam bukuku.

Tentunya, mengajarkan bahasa Inggris pada anakku, bukan tanpa cibiran miring. Apalagi dulu kami tinggal di daerah perkampungan padat penduduk yang hanya dibatasi dengan gang-gang sempit. Bukan apa-apa, rumah kontrakan kami tepat berada di pertigaan, yang hanya dibatasi selokan/got selebar kurang dari 1 m. Anak-anak kampung Rawa Belong sekitar rumah kontrakan kami, dulu suka mengintip dari jendela, tulisan-tulisan yang aku tempel di dinding. Mereka kebanyakan usia 5-8tahun. Karena di SD juga sudah mulai dikenalkan bahasa Inggris, mereka jadi asyik membaca tulisan-tulisan di dinding rumahku itu. Anak-anak itulah yang sering bertanya ke Arvind, bahasa Inggrisnya Sapi apa,Vind? Lalu Arvind jawab dari balik jendela.

Waktu itu Arvind memang dikenal pintar bahasa Inggris di kampung itu hehehe..aku awalnya bangga, sampai suatu saat, aku naik ojek, si tukang ojek bilang, “Bu, apa ngga kasihan sama anaknya dipaksa belajar bahasa Inggris??” Aku jawab, ngga bang, anaknya suka kok. “Wah, Bu, anak bayi kok udah disuruh ngapalin gitu bu, namanya memforsir anak!” timpal si tukang ojek. Waduh, rasanya mau lompat aja aku dari motor itu, bukannya sedih, tapi aku marah dalam hati. Enak aja dia bilang begitu..Tapi aku pikir-pikir,aku ngga punya waktu banyak untuk bicara ke tukang ojek itu, karena harus segera turun, padahal aku mau bilang, otak itu kalo ngga dipake/diisi, ya jadi memble..pikirku senewen. Tapi ya susah, ngajak diskusi orang yang sudah punya pola sendiri.

Ini bukan hanya dari tukang ojek. Tapi dari mantan bos ku juga heheehehe..(maaf ya Pak, kalo Bapak baca..). Waktu itu, sempat ketemu dengan mantan bos ku, dan kebetulan aku bawa Arvind. Waktu itu aku maksudnya mau pamer, “Wah..Arvind udah bisa bahasa Inggris loh Pak, nama-nama binatang hampir bisa semua. “Sebelum sempat menunjukkan kebolehan anakku, bos ku itu sudah berkomentar,”Buat apa toh Mel, ngajarin bahasa Inggris ke anak bayi..emang penting??..kenalin dulu bahasa Ibunya..” . Aku bilang, iya, Arvind juga sudah bisa bahasa Indonesia kok, itu kan bahasa yang aku pakai sehari-hari ke dia. “Iya, tapi apa perlu ngajarin bahasa Inggris sekarang? Dia ngga butuh kok!!” Tek, aku langsung kesel juga saat itu. Tapi, aku pikir apa gunanya kesel, toh nasi sudah jadi bubur. Arvind sudah terlanjur banyak tahu, masak aku harus meratapi ocehan-ocehanku selama 0-1 tahun itu…

Yang aku rasakan sekarang, aku tidak menyesal sama sekali. Aku bersyukur, karena Arvind tidak tertekan. Dia bahkan sering mengajak aku bercakap-cakap dalam bahasa Inggris. Jika aku jawab pake bahasa Indonesia, arvind mengulangi pertanyaannya hehehe…Jika dia sekarang banyak mengerti isi cerita dari film yang dia tonton, aku yakin juga karena kumpulan kosa kata yang sudah dia kuasai. Bahkan waktu itu, masih 3,5 tahun, Arvind sudah bilang,”Hey, what’s your big idea?” Yang ternyata dia dapat dari ungkapan yang dipakai Donald Duck, jika dia senewen. Padahal, waktu itu aku pikir arvind bertanya, Apa pikiran/ide besarku ? hehehe…itu kalo aku terjemahin secara kata per kata… tapi Arvind sudah tahu penempatan kalimat itu ,”Maksud lu apa sih??” kasarnya gitu hehehe…

Yang aku lakukan, sebenarnya belum seberapa. Bisa bahasa Inggris juga bukan hal luar biasa lagi yang harus disombongkan. Bahkan menguasai 4-6 bahasa sekaligus, adalah hal menyenangkan buat anak-anak, termasuk menguasai bahasa daerah orang tuanya. Apapun yang menyenangkan buat anak, akan mudah dia serap. Apapun yang aku lakukan, aku tahu pasti aku sangat menyayangi anakku, bukan untuk mengeksploitasinya. Dengan segala keterbatasan mama, sayangku, terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik mama selama 4 tahun ini.

Dini hari, 28 Mei 2010





Tidak ada komentar:

Posting Komentar