Selasa, 01 Mei 2012

3 Oktober 2011





Adikku yang satu ini memang langka. Selain memang hanya satu, aku merasa harus terus belajar memahami & mempelajari jiwanya. Seperti sesuatu yang "langka" lainnya, pasti semakin banyak diteliti untuk dipelajari. (smile, sist ^_^) Karena adikku ini pulalah yang membawa aku memutuskan juga melanjutkan sekolah menengah di propinsi DIY, tepatnya desa Ganjuran, Bantul. Adikku sudah lebih dulu "terdampar" di sana. Dulu, adikku suka menulis surat dengan linangan air mata menceritakan kehidupannya di asrama. Bangun jam 5 pagi, ke gereja setiap hari, makan makanan yang berbeda dengan lidah kami sebelumnya, seorang kepala asrama yang super duper "keras"  mendidik kami, mencuci bahkan masih setrika baju dengan arang harus adikku alami saat SMP. Akhirnya aku memutuskan menemaninya sekolah SMA di Ganjuran juga. 

Adikku ini memang keras. Suster kepala asrama yang sangat terkenal galaknyapun, berani dia lawan. Tapi ketegasannya atas pendiriannya itu pulalah yang membuatnya bisa diterima di SMA Van Lith Muntilan, sekolah yang dulu untuk daerah Jawa Tengah & Jogjakarta cukup difavoritkan. Aku dan dia masih sering berhubungan walau berbeda kota. Mungkin aku termasuk yang cukup sering menengok dia di asramanya, sehingga aku sampai sekarang masih berhubungan baik dengan teman2 adikku itu.

Saat kuliah, kami belajar di Universitas yang sama. Sebenarnya adikku mendaftar UMPTN ke Universitas Airlangga Surabaya dengan alasan yang aneh menurut aku, hanya ingin supaya bisa bertemu Andra, gitaris nya DEWA 19, hahahah...untungnya dia tidak diterima, walaupun saat itu dia sedih sekali. Kalau tidak, aku mungkin akan berpisah lama dengannya.

Adikku ini anak yang tekun. Dia tipe pembelajar yang setia. Aku hafal betul, dia sangat suka menulis, merangkum pelajaran yang sedang dia pelajari atau akan ditest. Jari-jari tangannya juga sibuk memainkan pensil/bolpoint diputar-putar dari satu jari ke jari lain. Dia bisa belajar berjam-jam sampai pagi ditemani suara musik dari radio-radio lokal. Dulu adikku ini suka berdoa. Kami sangat mencintai Yogyakarta, karena disana kehidupan rohani kami sangat didukung suasana Jogja yang "ayem tentrem". Berdua, kami dulu hampir setiap pagi ke gereja pagi bersama. Kadang naik sepeda, kadang naik sepeda motor. Setiap naik motor, kami suka menyanyi bersama, lagu-lagunya Romo Wied waktu itu biasanya. Pulang dari gereja, hati kami pasti senang dan ringan. Kami dulu suka ke gereja Kota Baru. Untuk pergi berziarahpun, di Jogja sangat mudah kami lakukan. Saat ini, kadang aku pribadi merindukan saat-saat seperti dulu lagi. Walaupun sederhana, dulu rasanya tidak ada yang harus terburu-buru kami lakukan, tidak ada masalah yang terlalu berat kami pikul, karena dengan mudah dan dekat kami bisa pergi ke gereja, ke danau, ke pantai, ke gua-gua Maria..

Sejak lulus cumlaude sebagai lulusan tercepat dan terbaik di kampus kami saat itu (aku belum selesai kuliah, adikku sudah lulus dan langsung dapat pekerjaan), tentunya dirimu selalu dipacu dengan target dan target. Saat ini, kehidupan kami sudah berbeda. Pasti adikku disana juga merasakannya. Aku merasa sangat berat menjadi dirinya. hhmm mungkin ini hanya perasaanku saja.. Secara materi adikku sangat berkecukupan. Dengan team yang harus dia pimpin ratusan orang, tentunya tanggung jawab itu berbanding lurus dengan pendapatannya. Tapi aku yakin adikku juga merindukan saat-saat kami makan ice cream di Mirota bakery, makan mie ayam "Cina" yang enak di Jl. Solo naik sepeda, malam-malam ke malioboro, atau sekedar sowan ke makam romo van lith untuk memasang lilin.  

 Aku ini sangat bangga pada adikku. Walaupun sangat berbeda dengan dia, aku hanya ibu rumah tangga, dan dia wanita karier, aku paham betul, hatinya lembut, dibalik kata-katanya yang 'tegas', dan tanpa basa-basi. Hari ini adikku berulangtahun. Selamat ulang tahun adikku sayang. Suatu saat, jika sudah masanya, kau bisa melepaskan sejenak semua atributmu sekarang, dan tanpa hak tinggi berjalan-jalan dengan senyum lepasmu, tanpa kawatir akan pakaian yang akan kamu pakai, tanpa resah dengan target-target yang harus dicapai lebih dari bulan ke bulan. Mungkin aku bisa salah, tapi aku yakin, kamu merindukan udara pagi yang segar saat-saat kita bergegas mencari Tuhan. 

Doaku selalu menyertaimu.

Peluk sayang dari kakakmu ini, Arvind dan Evan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar