Selasa, 01 Mei 2012

"I know THE SECRET, but......."




Setiap orang pasti punya beberapa rahasia dalam hidupnya. Aku ingin berbagi rahasiaku padamu, karena itu bukan rahasia lagi. Mungkin tidak semuanya, karena aku belum terbiasa menuliskannya. Semuanya sebenarnya banyak ditulis dibuku-buku motivasi & inspirasi, fiksi maupun non fiksi. Yang aku anggap rahasia, adalah beberapa keyakinan yang sering aku dengung-dengungkan di jiwa & pikiranku sendiri, setiap aku melakukan sesuatu, setiap aku terbentur pada peristiwa-peristiwa yang mengganggu atau membuatku berpikir lebih keras. Aku sering sekali menganalisa perkataan & sikap seseorang.Juga menganalisa kejadiaan, sebab akibatnya: kenapa aku begini, oohh karena aku begitu, kenapa orang ini begini, oohh karena dia melakukan itu.....

Padahal aku tahu, banyak perkataan atau sikap (yang notebene mengganggu) tidak harus kita simpan dalam memori kita seluruhnya. Ketika aku mulai mengingatnya, merasainya lebih dalam, aku mulai memercayainya, & sering, itu lebih banyak mengganggu daripada menenangkan. Bukankah aku juga harus mengakui, bahwa analisaku tidak selalu tepat? Ketika aku mulai berpikir negatif tentang seseorang, aku mulai meracuni diriku sendiri sekaligus mengundang energi negatif itu sendiri menjadi kenyataan.

Di era fesbuk ini, aku jadi terbiasa membaca pikiran orang-orang. Menikmati apa yang ada di pikiran orang lain (& diriku sendiri), bahasa yang mereka (& aku sendiri) pakai, keputusan yang mereka (& aku) ambil, sikap mereka (& aku) terhadap suatu kejadian..

Aku menganggap ini rahasia, padahal itu bukan. Karena aku pikir ini 'resep', dimana aku diberi pilihan untuk menebus resep itu & mendapatkan obatnya, atau tidak menebus resep itu & aku tidak mendapat obat lalu 'sakit'.

Jika aku menulis status di fesbuk tentang rasa sakit yang aku alami, misalnya "Kepalaku pusing, kemarin kehujanan, kayaknya mau flu nih" ,....sebenarnya aku mengundang penyakit Flu itu datang padaku.
Jika aku menulis,"Cintaku telah pergi, aku patah hati, aku sakit hati"....sebenarnya engkau membawa cinta itu benar-benar pergi & mengundang rasa sakit yg lebih dalam. Karena apa?karena setiap orang yang membaca status kita, akan mengirimkan energinya kembali kepada kita. "OOhhh, si imel mau flu! Oohh si imel lagi patah hati...Jika banyak orang memikirkan diri kita, dengan keadaan kita karena membaca curahan hati kita, ... hhmmm just be careful,..if we are not strong enough, U'll b drowned deeper.

Ada juga yang kecewa atau marah-marah terhadap pasangannya di fesbuk...hhmmm..."ini bukan tempatnya, 'honey'," kecuali kamu ingin masalahmu semakin rumit. Tapi di era 'curhat' seperti sekarang, sepertinya semua orang berlomba-lomba mencurahkan isi hatinya. Semuanya ingin dikeluarkan, bahkan orang-orang yang kelihatannya introvert, sekarang mudah mengatakan sedang jatuh cinta pada seseorang, sedang patah hati karena dikecewakan, sedang marah pada sahabatnya,, sedang geram pd saudaranya. Ini tidak hanya di status-status anak ABG, tapi juga yang berumur cukup.

Apa itu salah??Aku tidak bilang demikian! Karena rahasiaku, belum tentu rahasiamu. Resep untukku, belum tentu cocok untuk mengobatimu. Ada yang menganggap setelah mengungkapkan semua isi hatinya, dia jadi lebih lega. Betul!! tapi menurutku, katakanlah hanya pada orang yang kamu percayai, curhatlah pada seseorang yang kamu anggap paling bisa menerima curhatmu. Sering, yang paling bisa menerima curhatmu, baik kesedihan atau kemarahanmu, kegundahanmu, rasa sakitmu, ADALAH JIWAMU SENDIRI. Katakanlah itu pada dirimu sendiri, dia akan mendengarkan dengan baik. Ketimbang kau curahkan pada "dunia", lalu kau mendapat komentar-komentar 'lucu' atau bahkan kau kecewa ketika tidak ada yang berkomentar.. Katakanlah itu hanya pada sahabat setiamu.


I know the secret, but............adalah judul yang aku pilih, karena aku juga belum bisa sepenuhhati melakukannya..kadang aku ingat, kadang aku terbawa arus.... Kadang aku kuat, tapi takut aku khilaf...

Sekali lagi, ini rahasiaku....bukan rahasiamu..jadi jangan percaya aku...Percayalah pada apa yang ingin kamu percayai...

salam,
sahabatmu,
dirimu sendiri!

"Belajar itu ada harganya, Mbak"


Cerita singkat:


Tadi sore di dalam angkot 09 jurusan kebayoran baru, bertemu dengan sepasang suami istri yang membeli manequin/patung pajangan. karena saya baru membeli sepasang manequin second alias bekas, saya langsung bertanya untuk tahu harganya.

"Bu, berapa harganya satu manequin??"
"Rp 23,000 ribu, Mbak," kata si Ibu...
"Hhhhaaaaaa Rp23,000???kagetku...
"Iya, mbak...kenapa?"
Wah saya habis beli manequin second satunya Rp 25,000, sudah kotor pula...Berarti saya ditipu ya Bu, kataku sedih..
"Mbak, baru ya jualan??" tanya si Bapak..
"Iya, Pak, kalo soal manequin atau jualan baju saya memang belum pengalaman" lirih saya.
" Mbak...ngga apa-apa...kata si Bapak tenang.."Kalo baru belajar memang ada harganya, mbak....sekolah aja pakai uang, mbak.....kadang rugi sedikit ngga apa-apa..masih untung mbaknya belum rugi jutaan," katanya bijak.

Aku tertegun.....sampai saat ini pun, kata2 si Bapak masih terngiang di pikiranku...

Terima kasih, Pak.....Terima kasih...
Aku tidak akan melupakan kata-kata itu....


untuk :Bapak&Ibu, penjual baju di Pasar Meruya

Buat Suster Cecilio, CB


Monday, February 1, 2010 at 8:57pm ·

Dan yang tersisa cuma kenangan indah bersamanya, selama 3 th tinggal 1 atap, berdoa setiap hari, menemani belajar malamku dengan mata elangnya, teriakannya utk tidak menyeret kaki ketika berjalan, kaki harus dilipat kalo duduk di gereja, sendok nggak boleh bunyi saat makan, tamparan sayangnya ketika aku pingsan, senyum sumringahnya krn aku selalu rangking 1, teriakannya ketika aku menangis krn putus cinta saat SMA, dan dia, akan selalu kukenang...sampai akhir hayatku.selamat jalan Sr. Cecilio...Terima kasih sudah menjadi bagian dalam hidupku, pembentuk karakter terbesar diriku saat ini,maaf kan aku tidak bisa menciummu utk terakhir kalinya.....Suster... baik2 ya....salam sayang, anakmu...

Senyumku & Arvind di Hari Kartini...




Rabu, 21 April 2010 (HARI KARTINI di SEKOLAH ARVIND)

Siang ini aku tidak bisa tidur siang. Setelah terus mengeluskan tanganku ke kepala Arvind, anak laki-lakiku tercinta, yang akhirnya tertidur penuh bahagia, hasrat menulisku sudah tidak bisa ditahan.Mungkin karena terlalu bahagia & tidak percaya. Sedari pulang sekolah, kami berdua, aku & Arvind, tidak bisa berhenti tersenyum.

Dari tadi malam, aku sudah uring-uringan dengan suamiku, apa yang harus aku buat untuk lomba Art Performance di Sekolah Arvind, dari bahan kotak susu bekas, dalam rangka hari Kartini. Pasalnya, dari aku kecil, aku paling tidak suka buat prakarya/kerajinan tangan di sekolah. Pasti Mamaku lah yang membuatkannya, mungkin karena dulu kakakku sangat kreatif & pandai dalam hal kerajinan tangan/prakarya, jadi aku sebagai adik selalu minder dibanding-bandingkan dengan kehebatan kakakku. Aku lebih suka olahraga atau permainan. Suamiku sampai berkata,”Kalo buat sesuatu harus think out of the box…haduh..dibilang begitu, aku tambah senewen. Akhirnya, dia menyarankan buat lapangan bola, karena dari kotak susu MILO yang kami punya, sudah ada gambar anak laki-laki menendang bola. OK, sudah dapat idenya. Pasrah saja, karena dari kecil aku sudah tidak terlalu berharap menang lomba, apalagi kalo berhubungan dengan seni & kerajinan. Nothing to lose…

Walau agak telat sampai di sekolah, Arvind sudah enjoy berada dengan teman-temannya. Malah mau bernyanyi “Baba Black Sheep” di tengah teman-temannya. Tibalah saatnya Ms. Marlyn, Kepala Sekolah Arvind mengumumkan bahwa perlombaan akan dimulai, dan akan dinilai langsung dari TIM KREATIF TV HAPPY HOLY KIDS. Aku sih tidak peduli mau dinilai siapapun, yang penting anakku sudah enjoy di sekolahnya. Aku tanya anakku,”Vin, kita mau buat Messi main bola ya di lapangan bola??” “Ngga mau , Ma, aku mau buat kandang anjing aja..”, jawab anakku. “Wah, kalo kandang anjing, kotak susunya kekecilan..nanti anjing arvind ngga muat masuk kandangnya..” “Kandang anjing ya Ma,”tegas anakku.

Buyar sudah bayangan membuat lapangan bola yang sudah ada di kepalaku.Katanya Nothing to lose, tapi kok masih deg-degan...hmmm dasar ibu-ibu..... Detik-detik berlalu. Anakku juga membantu aku menggunting kotak susunya, menempel kertas krepnya, menggunting benang Woolnya. Kandang sudah jadi. Lalu anjingnya??Ya sudah terpaksa buat anjing dari kardus kotak susu. Sederhana, tapi lumayan ada kepala & badan. Rambut&ekornya dari benang Wool, mata hidungnya dari manik-manik. Semua bahan sudah disediakan guru-guru di sekolah, kami cuma membawa kotak susunya. Selesai.

Beberapa teman Arvind mulai tertarik dengan kandang anjing itu. Ada yang mencopot anjingnya, yang sudah ku lem di depan kandang. “Haduuhh…kacau nih pikirku..tapi anakku juga malah jadi main-mainan di kandang itu. “Ma, ini hujan, anjingnya harus masuk kandang..” Aku bilang, “Ngga usah, anjingnya lagi jaga rumah.”(dengan harapan anjing itu tidak ditarik lagi karena sudah ku lem di atas kardus, kalo ditarik, aku takut rusak..) Tapi ternyata teman Arvind sudah ada yang langsung menariknya, tanpa bisa kucegah. Untung tidak rusak, ngeriku..

Akhirnya, 1 jam waktu yang ditentukan selesai. Tim Kreatif TV Happy Holy Kids menilai, anakku main dengan teman-temannya. Setelah menunggu, akhirnya pengumuman tiba. Dimulai dari kelas Toddler, disebutkan Juara I,II,III. Anakku yang gelisah. “Ma, Arvind juara ngga?” "Belum tahu!,jawabku.

Lalu mulailah kelas Nursery, kelas anakku. Ada 10 anak yang ikut lomba dari kelas Nursery. Wah, berat pikirku. Akh, aku kan tidak berharap apa-apa. Anakku pun sudah kelelahan minta pulang. Tapi aku tahan sedikit. Akhirnya dimulai dari Juara III, “VEREN” anak baru yang berkarya dengan papanya membuat robot. Lalu, Juara II, “CHELSEA” dengan karya Lemari Baju nya yang cantik..Saat diumumkan juara II, aku sudah lemes, hehehe..dalam hati ternyata aku pengen juara juga, walaupun hanya juara III hehehe..

Lalu, Ms. Marlyn, menyebutkan, The First Winner is F…. ARVIND Krisanto…..aduh…aku lemes banget dengernya..Pengen menangis, tapi malu, tapi sudah senang sekali melihat anakku berkata,”Ma, Arvind juara?? Setengah bertanya, setengah menegaskan…”Ma, kandang anjing Arvind keren??” Heehe..iya kandang anjing Arvind keren sekali dapat juara I.

Sayangnya, aku tidak membawa kamera tadi. Jadi aku tidak bisa mendokumentasikan kebahagiaan Arvind & aku. Sebenarnya karya kami jauh dari rapi & bagus. Tapi aku yakin itu karena anakku ikut membantu membuatnya, bukan semata-mata buatan aku, Mamanya.

Anakku, hari ini Mama bahagia sekali. Kami rayakan sambil duduk-duduk makan siang dipinggir danau di perumahan Vila Dago & langsung menelpon Papa. “Pa, Arvind juara I kandang anjingnya.” Suamiku tertawa lepas..."Wah,. mamanya bisa juga kan buat prakarya," sindir & pujinya. Hehehe....
Seperti biasa, setiap pulang sekolah, aku harus mengajak Arvind putar-putar di perumahan Vila Dago untuk melihat anjing-anjing yang dipelihara disana. Hhmm….ternyata, kandang anjing itu membawa kebahagiaan buatku & anakku.

(Selamat Hari Kartini, perempuan Indonesia)

Corat-coret dini hari



(Curhat dong......hehehe..kayak mau Curhat ke Mamah Dedeh aja..)

Setelah melahirkan Arvind, 2006, aku mulai disibukkan dengan bacaan-bacaan parenting. Tabloid Nakita rutin aku beli setiap Senin, walau tidak berlangganan. Sepertinya aku kehausan ilmu menjadi seorang Ibu. Tidak hanya Nakita, tapi juga majalah-majalah parenting lain yang harganya termasuk tidak murah buat ukuran aku, pokoknya setiap melihat cover majalah yang ada Ibu & Anak nya pasti aku ngiler untuk membelinya, walau belakangan aku lebih suka membeli majalah-majalah parenting itu di lapak majalah/buku bekas, hehe…lebih murah hanya @Rp3000 saja satu majalah, yang penting isinya masih update soal parenting.

Tidak hanya majalah, DVD-DVD Brainy Baby lengkap aku beli untuk Arvind, yang kebetulan juga suka nonton dari usia 6 bulan, (mungkin turunan papa mamanya yang hobi nonton juga) dan sampai sekarang sudah tidak terhitung lagi koleksi DVD yang Arvind punya, dari Barney, Elmo, The Wiggles, Dora The Explorer, Diego, National Geography untuk dokumenter K9 to 5 (Serial Anjing), film-film bertema anjing, dan banyak lagi.

Dulu aku berpikir, (setelah mendengar beberapa selentingan juga) , jangan terlalu banyak nonton TV, ngga bagus. Ya bener juga sih, kalau nontonnya sinetron atau infotainment, bela ku dalam hati. Apalagi setelah aku baca di buku, dari hasil survey, anak-anak yang suka nonton, dalam tanda kutip film atau tontonan yang mendidik, jauh lebih baik (jika tidak mau dianggap lebih pintar) ketimbang yang tidak mendapat stimulasi apa-apa. (ya jelas lah hehehe). Dan anakku juga bukan tipe penonton yang duduk diam seperti patung, sambil melongo menatap layar TV, tanpa ekspresi. Sampai usianya yang ke-4 sekarang, kami masih rutin membeli DVD untuk dia, dan tentunya merasa wajib berlangganan Indovision, (walau harus mengencangkan ikat pinggang kami orang tuanya), karena tidak banyak hiburan untuk anak di stasiun televisi kita, kalaupun ada masih harus dipotong atau di-cut dengan iklan yang seabreg-abreg.

Hhmm..aku menuliskan ini, setelah aku tidak bisa tidur lagi..hehehe..seperti biasa, jika aku tidak bisa tidur, itu berarti kepalaku sudah penuh dengan pikiran-pikiranku sendiri, dan harus aku tumpahkan. Mungkin ini karena tadi siang anakku mulai beraksi, menjadi seorang “Magician”, dan dia show off di depan mamanya, dalam bahasa Inggris. Aku tercenung lama..dalam hati bangga sekali melihat dia bergaya sambil cas-cis-cus dengan bahasanya sendiri, karena aku tidak mengajarkan dia seperti itu. Mungkin dia lihat di TV pikirku.

Aku mulai kembali ke masa lalu. Dari tadi siang, aku banyak melamun tentang masa-masa kami tinggal di kontrakan di daerah Rawa Belong, di mana Arvind mulai tinggal. Yah..ternyata usahaku menunjuk-nunjukkan kata-kata dalam bahasa Inggris dari karton poster yang dijual Rp 1000-an per lembar itu, sudah gamblang terlihat hasilnya sekarang.

Dulu, aku rajin menempelkan dinding rumah kontrakan kami dengan poster-poster karton tentang Binatang, Sayuran, Alat-alat Transportasi, Alat-alat Musik, Huruf, Abjad, Bentuk, apapun..dari kamar, ruang tengah dan ruang tamu penuh dengan tempelan poster itu..Sampai abang penjual poster itu, selalu menawarkan jika ada poster baru, hehe..”Sudah penuh mas, sudah nggak ada tempat buat nempel.” Tapi tetap kubeli juga. Dari 4 bulan, sejak lehernya sudah tegak, aku sudah tunjukkan gambar dan namanya dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia, ditambah lagi dengan suara-suaranya jika itu tentang binatang, atau alat transportasi. Misal, gambar Anjing, sambil menunjukkan gambar anjingnya,aku bilang,”Ini Anjing, bahasa Inggrisnya DOG, guk..guk..guk..” kalo sudah ditambah “guk..guk..guk.. Arvind pasti ketawa..atau ini Kereta, bahasa Inggrisnya TRAIN, tcu..tcu..caga..caga..tcu..tcu..” .

Ternyata, dulu aku juga rajin ngoceh sambil jalan memberitahu Arvind semua yang aku lihat berikut bahasa Inggrisnya. Misalnya, lihat mobil, aku bilang itu mobil, bahasa Inggrisnya “CAR”, itu rumah bahasa Inggrisnya “House”, mungkin excited jadi ibu pertama kali, yang membuat aku tidak bosan ngoceh sama Arvind, walau hasilnya tidak tampak sampai suatu ketika dia berumur 8 bulan, saat
pagi- pagi, ketika kami jalan di gang Zakaria yang sempit itu, Arvind mengucapkan kata “RABBIT” pertamanya, ketika kami melewati rumah tetangga kami yang memelihara kelinci. Aku terpana..ha..dia sudah bisa bilang “RABBIT”..walaupun lebih ke “ABBIT” karena huruf “R” nya belum jelas. Aku senangnya bukan main. Kata ke dua yang Arvind ucapkan adalah “BEE”, karena aku sering bacakan dia buku tentang Lebah juga. Waktu itu, papanya Arvind sedang tugas di Surabaya, jadi mungkin selama 6 bulan ditinggal papanya Arvind, aku ngoceh terus dengan Arvind, karena tidak punya teman bicara di rumah kontrakan itu. Waktu ditelpon papa Arvind dari Surabaya, aku suruh papanya tanya ke Arvind, “Arvind bahasa Inggrisnya lebah apa?” Tanpa lama-lama, Arvind langsung jawab,”BEE”…(itu di usianya yang ke-8 bulan) ..wah..ternyata anakku mendengarkan & menyerapnya..

Menurut Glenn Doman, berikan saja, jangan di tes. Aku juga berusaha tidak nge-tes lagi anakku untuk tahu perkembangannya, sampai di usianya 1 tahun 20 hari, dia aku ajak ke sekolah TK Kuncup Harapan, milik sepupu Arvind yang sedang ada lomba cerdas-cermat bahasa Inggris anak-anak TK. Karena dengan pengeras suara, kami yang di luar juga mendengar aktivitas lomba tersebut. Saat ibu guru itu bertanya ke peserta lomba,”Apa bahasa Inggrisnya, Anjing?” Tiba-tiba Arvind menjawab dari gendonganku,”DOG.” Aku terhenyak. “Kucing?”, Arvind jawab “CAT”. Jadi, dari luar sekolah, Arvind ikut menjawab pertanyaan ibu guru tadi dan waktu itu aku hitung dia bisa sebut 10 kata dengan benar. “Ohh my GOD..ternyata anakku sudah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Lewat 10 hari, sudah 20 kata bahasa Inggris dia sebutkan, berarti di usia dia 1 tahun 20 hari. Ini semua bisa kuingat, karena aku mencatat peristiwa bersejarah ini dalam bukuku.

Tentunya, mengajarkan bahasa Inggris pada anakku, bukan tanpa cibiran miring. Apalagi dulu kami tinggal di daerah perkampungan padat penduduk yang hanya dibatasi dengan gang-gang sempit. Bukan apa-apa, rumah kontrakan kami tepat berada di pertigaan, yang hanya dibatasi selokan/got selebar kurang dari 1 m. Anak-anak kampung Rawa Belong sekitar rumah kontrakan kami, dulu suka mengintip dari jendela, tulisan-tulisan yang aku tempel di dinding. Mereka kebanyakan usia 5-8tahun. Karena di SD juga sudah mulai dikenalkan bahasa Inggris, mereka jadi asyik membaca tulisan-tulisan di dinding rumahku itu. Anak-anak itulah yang sering bertanya ke Arvind, bahasa Inggrisnya Sapi apa,Vind? Lalu Arvind jawab dari balik jendela.

Waktu itu Arvind memang dikenal pintar bahasa Inggris di kampung itu hehehe..aku awalnya bangga, sampai suatu saat, aku naik ojek, si tukang ojek bilang, “Bu, apa ngga kasihan sama anaknya dipaksa belajar bahasa Inggris??” Aku jawab, ngga bang, anaknya suka kok. “Wah, Bu, anak bayi kok udah disuruh ngapalin gitu bu, namanya memforsir anak!” timpal si tukang ojek. Waduh, rasanya mau lompat aja aku dari motor itu, bukannya sedih, tapi aku marah dalam hati. Enak aja dia bilang begitu..Tapi aku pikir-pikir,aku ngga punya waktu banyak untuk bicara ke tukang ojek itu, karena harus segera turun, padahal aku mau bilang, otak itu kalo ngga dipake/diisi, ya jadi memble..pikirku senewen. Tapi ya susah, ngajak diskusi orang yang sudah punya pola sendiri.

Ini bukan hanya dari tukang ojek. Tapi dari mantan bos ku juga heheehehe..(maaf ya Pak, kalo Bapak baca..). Waktu itu, sempat ketemu dengan mantan bos ku, dan kebetulan aku bawa Arvind. Waktu itu aku maksudnya mau pamer, “Wah..Arvind udah bisa bahasa Inggris loh Pak, nama-nama binatang hampir bisa semua. “Sebelum sempat menunjukkan kebolehan anakku, bos ku itu sudah berkomentar,”Buat apa toh Mel, ngajarin bahasa Inggris ke anak bayi..emang penting??..kenalin dulu bahasa Ibunya..” . Aku bilang, iya, Arvind juga sudah bisa bahasa Indonesia kok, itu kan bahasa yang aku pakai sehari-hari ke dia. “Iya, tapi apa perlu ngajarin bahasa Inggris sekarang? Dia ngga butuh kok!!” Tek, aku langsung kesel juga saat itu. Tapi, aku pikir apa gunanya kesel, toh nasi sudah jadi bubur. Arvind sudah terlanjur banyak tahu, masak aku harus meratapi ocehan-ocehanku selama 0-1 tahun itu…

Yang aku rasakan sekarang, aku tidak menyesal sama sekali. Aku bersyukur, karena Arvind tidak tertekan. Dia bahkan sering mengajak aku bercakap-cakap dalam bahasa Inggris. Jika aku jawab pake bahasa Indonesia, arvind mengulangi pertanyaannya hehehe…Jika dia sekarang banyak mengerti isi cerita dari film yang dia tonton, aku yakin juga karena kumpulan kosa kata yang sudah dia kuasai. Bahkan waktu itu, masih 3,5 tahun, Arvind sudah bilang,”Hey, what’s your big idea?” Yang ternyata dia dapat dari ungkapan yang dipakai Donald Duck, jika dia senewen. Padahal, waktu itu aku pikir arvind bertanya, Apa pikiran/ide besarku ? hehehe…itu kalo aku terjemahin secara kata per kata… tapi Arvind sudah tahu penempatan kalimat itu ,”Maksud lu apa sih??” kasarnya gitu hehehe…

Yang aku lakukan, sebenarnya belum seberapa. Bisa bahasa Inggris juga bukan hal luar biasa lagi yang harus disombongkan. Bahkan menguasai 4-6 bahasa sekaligus, adalah hal menyenangkan buat anak-anak, termasuk menguasai bahasa daerah orang tuanya. Apapun yang menyenangkan buat anak, akan mudah dia serap. Apapun yang aku lakukan, aku tahu pasti aku sangat menyayangi anakku, bukan untuk mengeksploitasinya. Dengan segala keterbatasan mama, sayangku, terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik mama selama 4 tahun ini.

Dini hari, 28 Mei 2010





Va' dove ti porta il cuore (Pergilah Ke Mana Hati Membawamu)



“PERGILAH KE MANA HATI MEMBAWAMU…”
(Va’ dove ti porta il cuore )

Novel Italia karya Susanna Tamaro ini sangat berkesan buatku, selain aku menghadiri acara launching buku pertamanya di Kedutaan Besar Italia (6 tahun lalu), buku ini juga sanggup membuatku beruraian airmata. Karena cara menguraikan rasa yang dialihbahasakan oleh Antonius Sudiarja, SJ dalam buku ini, sangat menyentuhku. Ketika apa yang kita rasakan, tidak bisa dipahami oleh orang lain, ketika yang tidak paham itu merasa lebih berhak menentukan kapan airmataku harus menetes atau tidak, ketika yang berusaha mendamaikan itu malah menjadi pemisah dari cinta yang cuma bisa kami rasakan sendiri dalam kebisuan, ketika  hanya buku atau tulisan yang bisa mengungkapkannya dengan lebih baik, ketimbang harus berbicara dengan kalimat yang lebih sering menjadi kemarahan, karena berusaha mencari pembenaran dari hati yang masih terluka.

Seperti halnya buku Alkemis (Paulo Coelho) setiap aku terkesan akan satu buku, aku sering menghadiahkan buku itu buat orang-orang terdekatku, dan seperti buku Alkemis pula (yang hilang), aku harus kehilangan buku “Pergilah Kemana Hati Membawamu” ini ketika aku meminjamkannya pada orang lain. Tapi aku selalu tidak pernah menyesal telah banyak kehilangan buku, apalagi jika buku itu adalah buku yang bagus menurutku, hanya jika buku itu tidak teronggok di satu tempat, dan kehilangan jasanya sebagai penghibur jiwa.  Tadi malam, aku meminta lagi buku itu pada suamiku tercinta, (tempat aku bisa mendapatkan banyak buku ^_^ )untuk menyebarkan pengantar buku ini, melalui fesbuk, yang mudah-mudahan ada beberapa sahabatku & saudaraku di sana, yang tergerak membacanya.

(Begini PENGANTAR nya : oleh A. Sudiarja, SJ, p.11-18)

Kisah ini bercerita tentang Olga yang telah dua bulan ditinggal cucunya ke Amerika. Entah dimana dia berada, Olga tidak tahu. Sebaliknya sang cucu juga tidak tahu neneknya baru saja terkena serangan jantung dan mungkin tidak akan lama lagi hidupnya. Namun Olga memutuskan tidak akan memanggil cucunya pulang. Sebagai gantinya, ia menulis buku harian-atau lebih tepat “pengakuan”-mengenai kisah hidupnya, masa lalunya, perasaan-perasaannya, cinta, kekecewaan, dan penyesalannya terhadap cucunya. Pendek kata seluruh muatan batin yang disimpannya diungkapkannya kepada sang cucu, dengan harapan bila kelak cucunya pulang dan tidak mendapatinya lagi, sang cucu akan membaca buku hariannya ini dan memahami dirinya.

Mungkin tidak selalu mudah mengikuti seluruh penuturan Olga, tokoh utama novel ini, selain karena ia sering bertutur dengan alur kilas balik, juga karena dalam tulisannya tidak jarang ia menyisipkan gagasan filsafat. Namun bagi pembaca yang tidak sekedar puas dengan isi cerita, gagasan filsafat semacam itu adalah bagian keindahan yang tidak dapat dipisahkan. Artinya keindahan karya sastra meliputi juga isi gagasan, yang sering tidak cukup atau bahkan tak dapat diungkapkan dengan bahasa logis & sistematis, karena gagasan itu menyangkut kehidupan yang amat kaya. Dengan demikian , meskipun ada gagasan yang mendalam dalam karya ini, gagasan ini bukanlah “roti dari satu adonan yang mengenyangkan”, melainkan “racikan dan olahan dari berbagai bahan yang memberi kekayaan rasa”. Dengan kata lain, gagasan yang mungkin muncul dalam novel ini-berbeda dari traktat filsafat-justru merangsang pembaca untuk merenungi lebih jauh mister kehidupan.

NOVEL PEREMPUAN
Dalam seluruh penuturannya, novel ini adalah novel perempuan. Pelaku utamanya, Olga, menulis buku harian bagi cucunya, yang juga perempuan. Olga membuka kartu, bercerita mengenai penderitaannya sebagai perempuan di tengah keluarganya; kisah perkawinannya dengan Augusto, yang sekedar mengikuti tradisi; cinta sejatinya kepada Ernesto, yang dalam pandangan umum dinilai negatif;juga tentang Ilaria putrinya, seorang pemberontak dan feminis radikal; mengenai penderitaan perempuan pada umumnya, ibunya sendiri dan neneknya; dan kenangannya yang indah selama hidup bersama cucunya, yang sekarang meninggalkannya seorang diri. Dengan ringkas novel ini bercerita mengenai penderitaan dan kesepian seorang perempuan.

Dalam penuturannya, Olga sangat peduli pada aspek perempuan. Ketika ia membongkar gudang di loteng, ia menemukan barang-barang lama yang disimpan keluarga. Ia mengeluarkan cetakan kue tar dan segera saja perasaannya bicara,

“Cetakan ini milik nenekku, jadi nenek buyutmu dan itulah satu-satunya benda yang tersisa dari seluruh sejarah perempuan keluarga kita. Karena tersimpan lama di loteng, benda itu penuh karat. Jadi segera saja aku membawanya ke dapur, meletakkannya di bak cuci, dan mencoba mencucinya dengan menggunakan tanganku yang masih sehat dan penggosok yang sesuai. Bayangkan beberapa kali selama ini benda itu telah keluar-masuk oven, berapa oven berbeda dab selalu lebih modern yang telah ia saksikan, berapa banyak tangan berbeda namun toh sama yang telah mengisinya dengan adonan. Kali ini aku membawanya turun agar ia hidup lagi, agar kau dapat menggunakannya dan mungkin, pada giliranmu kau akan meninggalkannya untuk digunakan oleh anak-anak perempuanmu, karena sejarah cetakan kue sederhana inimerangkum dan mencerminkan sejarah generasi-generasi dalam keluarga kita..” Kepedulian itu memuncak menjadi semacam perasaan protes yang ditulis dengan tegas.

“Ketidakbahagiaan biasanya mengikuti garis perempuan; menurun dari ibu ke anak perempuannya, laksana kelainan genetika. Dan bukannya melemah dari generasi ke generasi, kelainan itu malah semakin kuat, sulit dilenyapkan dan dalam. Bagi lelaki, masalahnya sangat berbeda, mereka memiliki karir, politik, perangmereka, meereka bisa menyalurkan energi mereka. Kita tidak.Selama ratusan generasi kita hanya berkutat dari kamar tidur, dapur dan kamar mandi;kita telah mengambil ribuan langkah dan gerakan, dan setiap langkah&gerakan memiliki kemarahan dan ketidakpuasan yang sama. Apakah aku telah menajdi feminis?Tidak, jangan kawatir, aku hanya mencoba melihat dengan jelas ada apa dibalik semua ini..”

KEJUJURAN DAN REKONSILIASI
Akan tetapi ciri perempuan dalam novel ini tidak hanya terletak pada pelakunya yang perempuan, melainkan juga nuansa yang dibaurkannya. Pemikiran dan pembicaraanyang termuat di dalamnya memperlihatkan “kedalaman”, yang sering tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari. Kedalaman inilah yang memungkinkan keintiman dalam hubungan manusia. Di dunia yang serbalelaki dan patriarkis, ekintiman ditekan, disembunyikan, tidak pantas dibicarakna, memalukan. Pdhal keintiman inilah yang sekarang kita butuhkan yang mendukung kita untuk bertahan dalam kehidupan yang keras dan berat. Pengakuan Olga melukiskan kedalaman jiwa, kehidupan batin intim yang ia miliki, yang ingin ia sampaikan kepada cucunya.

Haruskah orang-orang mengatakan apa adanya mengenai seluruh pengalaman hidupnya? Akan tetapi masalahnya tidaklah sederhana. Ketulusan dan kejujuran rupanya bukan sekedar imperatif moral yang harus diterapkan pada semua orang, melainkan bentuk komunikasi yang juga membutuhkan kesiapan hati masyarakat lingkunngannya. Betapa sering kita mendengar, masyarakat tak peduli terhadap pengakuan seseorang atau tak mau tahu tentang alasan-alasan mengapa seseorang melakukan tindakan tertentu. Lalu untuk apa ia mengaku?

Kejujuran tidak bisa dipaksa keluar melalui interogasi atau model pengalihan. Kejujuran memerlukan wilayah di mana orang saling percaya; saling percaya merupakan habitat di mana kejujuran bisa lahir. Inilah perjuangan Olga, yang ingin menuliskan pengakuannya. Selama 17 tahun ia berbohong atau lebih tepatnya menutup mulut mengenai kenyataan; Apakah itu bukannya justru mengejutkan dan merusak tatanan keluarganya?

Olga melukiskan tumbuhnya perbedaan antara ia dan cucunya seperti kulit kerang yang semakin lama semakin mengeras membungkus diri setiap manusia. Semakin tua seseorang, kulit kerang itu semakin keras, ketat, dan menyesakkan, sampai pada suatu saat, karena ia tidak mampu lagi menampung tubuh kehidupan, kulit kerang itupun lantas pecah dan menciptakan luka.

Sang nenek dan cucunya mempunyai fase hidup yang berbeda dalam pertumbuhan kulit kerang mereka. “Jadi saat aku berkata keretakan alami terjadi diantara kita, seperti itulah yang kumaksudkan. Saat kulit kerangmu mulai terbentuk, kulit kerangku mulai pecah-pecah. Kau tidak tahan menghadapi airmataku dan aku tidak tahan menghadapi kekerasan hatimu…”

Puncak rekonsiliasi ini termuat di bagian akhir novel. Setelah dengan hati-hati Olga menu mpahkan perasaannya, ia memohon agar dirinya dipahami dan dimaafkan. “ Belas kasih, kataku, bukan sikap mengasihani!!Jikalau kau mengasihani diriku, maka aku akan kembali sebagai orang jahat dan menyusahkanmu.”

Ia berharap cucunya tidak mengadili kesalahan-kesalahannya di masa lalu, tetapi mengampuninya. Dan Olga berharap cucunya dapat mengikuti kata hatinya sendiri, untuk pergi ke mana pun hati itu membawanya.Akhir kisah ini memberikan kiasan yang kuat, betapa Olga sebagai generasi lampau harus merelakan cucunya, generasi yang baru, untuk melangkah memasuki era baru, mengikuti hatinya sendiri. 

-END-
(kadang yang diharapkan untuk terus berjalan adalah diam sejenak, bukan penghakiman)
LOVE U MOM...
Dan kelak, disaat begitu banyak jalan terbentang dihadapanmu dan kau tak tahu jalan mana yang harus kau ambil, janganlah kau memilih asal saja, tetapi duduklah dan tunggulah sesaat. ....Lalu, ketika hati itu bicara, beranjaklah, dan pergilah ke mana hati membawamu...

Aku, Ibu Rumah Tangga




Teman-temanku para Ibu Bekerja yang super & baik hati,
(sedikit terkontaminasi salamnya Mario Teguh…)
Biasanya, menjelang lebaran begini, status fesbuk teman-temanku yang memiliki pekerjaan hebat di luar rumah, mulai diisi dengan kalimat-kalimat seperti ini: “Siap tempur menjadi pembantu & baby sitter”, “Wah pembantu mudik, aku mudik juga akh ke rumah orangtua…”. Tahun lalu saja aku hitung lebih dari 10 perempuan-perempuan cantik berkarir luar biasa itu, sepanjang 1-2 minggu statusnya cuma keluhan menjadi “Si INEM” atau “Si UPIK ABU” …

Ini berkaitan. Tiga minggu yang lalu, aku berkunjung ke rumah orangtua ku di Kampung Sawah. Seperti biasa, setiap ke sana, aku mengajak Arvind berdoa di depan patung Bunda Maria di belakang gereja (karena dari doa Novena di sanalah, aku mendapatkan Arvind, anak pertamaku). Di depan sekretariat Paroki, aku kaget bertemu dengan teman kuliahku di Sanata Dharma. “Loh..kok ada di sini? Kerja disini ya? Anak Sanata Dharma kan?” Lalu dia menjawab,”Ya..ya..ya..aku ingat kamu kok, anak bahasa Inggris kan? Loh, kamu kok bisa di sini? Dia langsung bertanya, “Sekarang kerja dimana?”   Aku jawab,”Sekarang di rumah urus anak.”

Yang aku kaget adalah respon temanku itu,”Aduhhh…sayang banget ya, kenapa ngga kerja???Kan banyak pekerjaan buat jadi guru atau apa…Sayang banget lohh, padahal lulusan PBI kan gampang cari kerja…”   Hhmm, aku bilang, aku jadi guru anak-anakku dulu..hehehe…(walau dalam hati gelisah juga dengan respon temanku itu). Lalu aku ganti bertanya,” Kamu kerja disini? Lalu dia bilang,”Iya, aku sudah setahun di sini..,tapi sebentar lagi mau pindah ke Kota Baru di Jogja.” Tiba-tiba ada seorang Bapak lewat dan berkata,” Romo, bisa bicara sebentar?”   Loh..aku yang jadi kaget..”Loh, kamu jadi Romo di sini??” – tanpa sadar, aku masih pake kata “kamu”….. -  Kok bisa??
Oalahhh..ternyata temanku yang menyayangkan kenapa aku tidak bekerja itu, sudah jadi Romo/Pastor.

Dari dua situasi itu, aku ingin menulis ini.

Menjadi Ibu Rumah Tangga, adalah pilihan hidupku, sama seperti pilihan kalian bekerja di luar rumah, walau telah memiliki anak. Mungkin pengaruh petuah Mamaku dulu yang pernah berkata,”Kalo lu punya anak, kalo bisa lu yang didik anak lu sendiri, bukan pembantu/baby sitter. Kalo bisa sampai dia SD. Kecuali ”laki lu” istilah mamaku untuk menyebut “suami”, kagak kerja, baru lu kerja. Karena dasar didikan itu yang penting, setelah anak lu SMP, lu udah ngga bisa lagi membentuk karakternya..” Begitu mamaku bilang.

Pasti ini masalah dilematis bagi setiap Ibu di seluruh dunia. Di satu sisi, sudah sekolah sampai Sarjana, masa ilmunya tidak dipakai buat cari uang, di sisi lain, ketika sudah memiliki anak, gelisah ketika anak harus diasuh oleh baby sitter/pembantu.

Sama denganku. Setelah memiliki anak, kita mulai dihadapkan pada kenyataan bahwa ternyata banyak keinginan & kebutuhan yang mulai muncul. Semuanya serba untuk anak. Aku bahkan sudah hampir kehilangan selera ke salon, beli baju yang modis, apalagi beli maskara hehehe (kosmetikku cuma bedak & lipstik-lipstik saja jarang sekali kupakai). Kalau aku bekerja, pasti bisa lebih enak hidup kami, pikirku.

Ketika anak bertambah besar, makin dihadapkan harus nabung untuk biaya pendidikan, pengen sekolah yang bagus (tapi mahal), pengen kursus in anak ini-itu supaya dia banyak kebisaan, pengen beliin mainan anak yang edukatif (juga ngga murah), pengen beliin buku-buku anak yang dari luar negeri, yang kebanyakan hard cover itu (tahu sendiri yang suka ke Toko Buku harganya).  Aku memang tidak fokus membelikan anakku pakaian/baju,  aku lebih pusing memikirkan pendidikan dia.

Tapi yang lebih mendukung aku adalah suamiku, yang memilihkan aku pilihan (dan mendukung pilihanku juga) untuk tidak meninggalkan anakku pada baby sitter/pembantu. Bukan berarti suamiku kaya raya, sehingga aku “enak-enakan” di rumah (istilah yang sering dipakai beberapa teman lama yang tidak bertemu denganku ketika tahu aku tidak bekerja “Wah, enak ya, nggak kerja …” ^_^ ) . (dalam hati aku bilang, Oohh kalian pikir kalo di rumah itu ngga kerja ya hehehehe…

Tapi mensyukuri pendapatan suami kita dan berterima kasih karena masih bisa makan 3 kali sehari, masih bisa berpakaian, jalan-jalan sesekali, memiliki rumah sendiri, bisa menyekolahkan anak, adalah KEKAYAAN, buatku.

Eits, siapa bilang “enak-enakan”….

Hhhmm, buktinya ketika para perempuan berkarir itu dihadapkan pada pekerjaan rumah (yang seharusnya memang pekerjaannya, karena itu rumahnya), kebanyakan dari kita sudah mengeluh. (termasuk aku tentunya).

Dan ketika kita dihadapkan pada pekerjaan merawat anak (yang seharusnya memang kita yang rawat, karena dia anak kita), kita mulai mengeluh lagi. (termasuk aku tentunya)

Kita memang mencintai anak kita, tapi ketika dia sudah mulai mengeluarkan seluruh mainannya, menumpahkan makanan di lantai, merengek minta ini itu, aku yakin....”itu tidak enak”.  Jika semua jenis pekerjaan rumah itu di-run down disini, ditambah mengasuh anak, jika kita tidak IKHLASbelieve me,TIDAK ADA YANG ‘ENAK-ENAKAN’ DI RUMAH.
Satu lagi, aku sering bertanya dalam hati (sering juga ngobrol dengan suamiku), “ Bukankah pekerjaan pembantu atau baby sitter itu sangat mulia?? Kenapa sekarang banyak perempuan yang bekerja di luar sana sering berkata ,”Wah, gue mulai jadi si Inem…ketika pembantunya mudik?? Menurutku pernyataan itu, (walau sebenarnya kamu tahu betapa besar jasa Inem membantu kamu) ada konotasi “merendahkan” disana  (walau maksudmu pasti, sebenarnya tidak..).  

Pertanyaannya,”Sebenarnya itu pekerjaan siapa sih??Bukankah itu anakmu sendiri?rumahmu atau rumah kontrakanmu sendiri? Yang memang seharusnya kamu yang melakukannya. Apa dengan membayar  upah Rp 300,000-Rp 600,000 untuk jasa mereka, kamu sudah menurunkan derajatmu sebagai seorang perempuan karir ketika menggantikan tugas Si Inem (yang sehakikinya adalah tugasmu sebagai Ibu???)

Hehehe…Maaf ya..biasalah..pembelaan diri itu seringnya malah kelihatan jadi menghakimi. Aku tidak bermaksud menghakimi kalian. Aku tidak lebih baik dari kalian, cuma alangkah indahnya membaca status-status di fesbuk dari hati perempuan-perempuan yang hepi ketika dia mandi keringat mencuci, mengepel, ketimbang mengeluh pada banyak orang bahwa kamu si Upik Abu

 Aku yakin, kalian adalah PEREMPUAN-PEREMPUAN LUAR BIASA. Bisa menopang kehidupan keluarga, kalian adalah perempuan-perempuan modern yang tidak mau terkungkung di rumah saja, bisa mengaktualisasi diri, bisa mencukupi kebutuhan kalian sendiri & keluarga, bisa mencerdaskan bangsa dengan menjadi guru, merawat bangsa dengan menjadi dokter, perawat, bahkan ada yang harus jadi tulang punggung keluarga, yang membuatmu WAJIB BEKERJA, karena kalau tidak, anak-anakmu tidak bisa minum susu.

Tetaplah, temanku, IKHLASlah dalam pekerjaan kantormu, hormatilah pembantu & baby sitter mu, dan tersenyumlah pada para ibu rumah tangga yang bahagia menjalankan pilihan hidupnya. Siapapun kita, aku yakin, tidak ada yang enak-enakan di kantor atau di rumah.

Kita, PEREMPUAN, punya 1000 tangan untuk kehidupan.

Dr. Didi Danukusumo,SpOG


Sudah lama ingin menulis tentang Dokter Kandungan ku ini.


Hhhmm, di kehamilanku yang kedua ini, aku sempat 3 kali ganti Dokter Kandungan. Hehehe..aku ini memang agak rewel, nggak nyaman sedikit aku langsung mengeluh. Menurut aku seorang Dokter itu harus membuat nyaman pasiennya,harus banyak bicara (maksudnya banyak memberi info apa kepada pasiennya, atau bertanya pada pasien apa yang dirasakannya), ngga cuma periksa perut, duduk, tulis resep, dan cuma mengatakan semua baik-baik saja. Aku ngga rela bayar mahal untuk 3-5 menit kunjungan, hehehe, pikirku enak bener jadi Dokter, kerja cuma beberapa menit, rata-rata periksa 5 menit, dia sudah dapat Rp 100,000. Padahal kebanyakan dari kita bekerja 8 jam sehari baru dibayar Rp 100,000... 

Akhirnya setelah suamiku bertanya sana-sini ke teman-temannya, ada info mengenai Dr. Didi Danukusumo, SpoG ini yang selalu mengusahakan melahirkan secara normal, walaupun sebelumnya ceasar. Beliau juga ahli mendeteksi kelainan pada janin selama masa kehamilan. Saudaraku juga ada yang bilang, teman-temannya merekomendasikan Dr. Didi ini, tapi antreannya panjang, bisa sampe jam 12 malam. Yahh, aku bilang kita coba aja deh Pa, biarpun jauh dari rumah kami di Pamulang ke Kebayoran Lama, jadwal periksanya juga malam, tapi kalo Dokternya bagus, dibela-belain deh hehehe..

Pertama kali datang periksa, aku sudah cemberut sama suamiku, nunggu dari jam 7 malam, baru dapat giliran jam 10 malam. Aku orang yang ngga sabaran, mulai pikir-pikir cari Dokter lain lagi hhh..Tapi ketika bibirku sudah ngga bisa tersenyum, mata sudah ngantuk, hati sudah kesel nunggu, ketika namaku dipanggil, kami langsung disambut dengan uluran tangan, senyuman Dr. Didi dan ucapan salam,"Selamat malam..". "Silahkan duduk." OK, kita ngobrol-ngobrol dulu ya tentang kakaknya (maksudnya Arvind). Dulu ceasar atau normal? Kenapa bisa ceasar? dan sebagainya..

Mataku sudah ngga ngantuk lagi..hehehe..Dokternya ganteng banget..(huuuuu, dasar ibu-ibu centil..ya nggak beda jauh deh sama suamiku hehehe - supaya ngga dicubit aja nih..dipuji juga..). Dan suaranya ..aduuhh..berat-berat mirip Vin Diesel idolaku hahahaha...

Lalu aku disuruh tiduran (hehe jangan iri ya..) huuss kok jadi ngaco nih nulis note tengah malem hehehe...Biasa, Dokter kandungan jaman sekarang kan selalu pake USG, jadi ya harus tiduran (ya ialah Mel, di bidan juga kl periksa orang hamil semua tiduran hahahaha).

Nah ini yang bikin aku percaya dengan omongan teman-teman yang merekomendasikan Dr.Didi ini, beliau detil sekali menjelaskan tentang semua yang ada di rahimku..hehehe..padahal aku juga banyak nggak ngerti beliau ngomong apa hehehe...tapi tanpa ditanyapun beliau menjelaskan tentang keadaan janinku & kondisi rahimku. ini yang tidak aku dapatkan di Dokter kandunganku sebelumnya. Beliau tidak merasa harus terburu-buru menjelaskan kondisi janin  kepada pasiennya, padahal dia tahu masih panjang antrian pasiennya yang lain. 

Selain itu aku juga bisa merasakan bahwa Dokter Didi tidak memandang orang dari fisiknya, dari status sosialnya, itu aku rasakan karena biasanya jika aku periksa ke beliau, keadaanku sudah kucel akibat naik angkot atau naik motor, bawaan barangku juga seperti orang mau pergi ke pasar hehehe..bawa helm, bawa jaket, bawa tas, kadang bawa mainan anakku, pokoknya keliatan repot banget deh..tapi beliau tetap menempatkan kami sebagai pasien yang mempunyai hak mendapat layanan yang baik, mendapat info yang jelas tentang keadaan kita...Hhmmm itu jarang aku rasakan setiap pergi ke Dokter. Beliau juga selalu menyalami semua pasiennya & berdiri dari kursinya, ketika kami selesai periksa. Bahkan kadang beliau membukakan pintu (kecuali keduluan dibukain sama perawat pembantunya). Wahh..dia tidak main-main dalam menjalankan profesinya..Jika ini bagian dari Service - nya, aku percaya, beliau pantas mendapatkan materi yang berlimpah-limpah.

Tentang Dr. Didi nya sekian dulu ya...nanti disambung lagi tentang histeria ku saat mau melahirkan, sekarang mau istirahat dulu, cape banget..yang penting sudah lega, barusan bisa foto bareng sama Dr. Didi nya. Teman-teman yang di Jakarta, jika ada yang mau periksa kandungan, ini nih Dr. Didi nya hehehe...tapi harus sabar ya nunggu antrian..

Goodnight...





















BELAJAR DARI WIED HARRY



Kenal nama Wied Harry? Ya, beliau adalah konsultan gizi & pakar kuliner sehat alami, yang dulu ada acara kulinernya di TRANS TV, "HARMONI RASA" bersama Wied Harry.  Pelaku pola makan FOOD COMBINING, food stylist, penulis 50-an buku nutrisi & masak sehat alami dan penceramah ini jadi teman fesbukku akhir November 2010. Awalnya, saya agak pesimis di confirmed sebagai teman oleh beliau, seperti tokoh-tokoh terkenal lainnya yang pernah aku coba ADD FB nya. Ternyata tidak lebih dari 1 hari beliau langsung CONFIRMED dan tidak hanya itu, beliau menulis MESSAGE ke saya seperti ini:

     Salam sehat,
    Terima kasih sudah add saya sebagai kawan FB.
    Mohon maaf, mungkin kita sudah saling kenal tapi saya lupa, ini dengan siapa?

    Terima kasih dan banyak salam:
   Wied Harry

   Note:
    Jika berminat menjalankan pola makan sehat alami, silakan gabung ke milis-milis yang saya asuh, dengan cara mengirimkan email ke Food_Combining_Indonesia-subscribe@yahoogroups.com dan/atau Gizi_BayiBalita- subscribe@yahoogroups.com

Wah, saat itu aku kaget sekali karena dikirimi pesan seperti itu. Akh, paling asistennya yang tulis, aku pikir begitu. Setelah aku reply, ehhh ternyata dibalas lagi, wahh berarti beliau membalas sendiri emailnya, bukan dari asisten. 

Ada satu hal yang aku belajar dari Bapak Wied Harry. Di setiap status, foto yang beliau upload,Notes,yang beliau tulis dan MILIS Gizi Bayi Balita & Food Combining yang beliau koordinir, beliau rajin sekali membalas satu per satu komentar dan pertanyaan teman FB maupun anggota milis tersebut.

Tidak hanya menjawab pertanyaan dan komentar, yang aku takjub adalah beliau juga menghargai para 'jempolers' yang jumlahnya tidak sedikit itu (bisa 20,30,40 bahkan lebih dari 50 jempol) satu per satu ditulis nama lengkapnya dengan mengucapkan "terima kasih atas jempol sehatnya". Wahhh...saya salut sekali dengan kerajinan dan penghargaan yang pak Wied Harry berikan kepada setiap orang yang mampir ke WALL-nya, yang berkunjung ke STATUS-nya. 

Banyak dari kita menulis STATUS, tapi jika dikomentari temannya, malah tidak menjawab. Bukannya tidak punya pulsa, atau tidak ada waktu, karena sering setelah itu dia sudah nulis status berikutnya. Status sebelumnya dianggap angin lalu saja, dan orang yang berusaha memperhatikan "APA YANG KITA PIKIRKAN" di STATUS  sebelumnya terabaikan.. Padahal simpati orang lain untuk menanggapi status kita, selayaknya diperhatikan, walau hanya dengan ucapan terima kasih. 

Dulu, aku pernah nonton acara MATA NAJWA di Metro TV, tema tentang Marketing TWITTER, ada kata-kata narasumber BONDAN WINARNO, yang sangat menyentuh aku. "Dulu saya tidak mau Twitter-an atau FB-an, buat apa?Tapi sekarang, saya punya TWITTER, ternyata di luar sana, banyak sekali teman-teman yang kesepian,"kata Bondan. Beliau juga sebisa mungkin menjawab setiap pertanyaan atau komentar Follower-nya yang tentunya tidak sedikit. "Begitu banyak orang-orang di sana yang butuh diperhatikan, di-wong-ke . dan butuh disapa." 

Oh my God, orang-orang besar adalah orang-orang yang banyak memberi. Walau hanya memberi sapaan, jawaban, komentar, atau ucapan terima kasih. Kita ingin diperhatikan, ingin dihormati, diterima, seharusnyalah kita juga memberi perhatian, menghormati orang yang menulis/mengomentari status kita. Bahkan teman FB saya penulis MARISKA LUBIS (yang sering disingkat "ML" dan banyak berbicara/menulis tentang Seks) sering dikomentari/dilecehkan lewat tulisan di Status nya, tapi beliau kadang menanggapi pelecehan kata2 itu dengan,"Terima kasih sudah memposisikan saya seperti itu.." ..padahal kalau saya jadi beliau, pasti tidak akan saya tanggapi sesuatu berbau pelecehan apalagi itu menyinggung perasaan saya. 

Facebook adalah Buku Wajah kita...mau wajah seperti apa kita, bisa kita lihat di status-status atau apa yang kita sharing-kan ke dunia maya. Pembuatan nama "Facebook" tentunya mengandung makna yang dalam. Terima kasih pak Wied Harry, selain belajar tentang resep, saya juga ingin belajar menghargai orang lain, seperti Bapak. Salam sehat.

Supir Jemputan Sekolah




Tak terasa sudah hampir 6 bulan aku menjadi supir. Pasti tidak pernah ada dalam pikiran kita, bahwa Supir ada dalam cita-cita masa kecil kita. Dari TK sampai SMP aku bercita-cita jadi guru. Tapi biarpun sekolah menjadi guru dan sempat menjadi guru, ternyata aku tidak bisa berlama-lama menjadi guru sekolah. Entah kenapa, magnet setelah memiliki anak ingin mengasuh sendiri lebih kuat ketimbang aku harus mencari uang yang pastinya akan lebih baik untuk keluarga kami jika dua-duanya bekerja. (*Kembali ke Cita-cita) Tapi dulu waktu kecil, aku selalu berpikir harus bisa setir mobil, karena dalam bayanganku, jika aku diculik oleh orang jahat, aku bisa melarikan diri dengan membawa mobil. Kalau diculik pakai motor, aku juga harus bisa setir motor. Kecuali diculik pakai pesawat, aku tinggal pasrah saja..hehehe..

Ternyata bisa setir mobil itu yang membawaku jadi supir antar jemput sekolah anakku. Dan ternyata jadi supir antar jemput anak TK itu luar biasa indahnya. Selama hampir 6 bulan ini, (minus 1 hari sakit, 1 hari ijin yang semuanya digantikan oleh suamiku), hari-hariku dipenuhi dengan tawa anak-anak, curhatan anak-anak, bahkan cemberutan anak-anak. 

Tawa anak-anak yang paling sering aku dengar di mobil. Namanya anak-anak pada dasarnya semua lucu,maunya bermain,maunya tertawa. Yang membuat mereka marah-marah,sedih, galak, adalah kita orangtuanya..mereka meniru kita dengan sangat baik. Anak-anak itu tidak pernah salah sebenarnya. Tapi sering mereka mendapat cap nakal, pemarah, jahil, karena ulah kita para orangtua. "Maafkan kami, ya Nak...Kalau kami cape, pusing mikir uang ini uang itu, kami memang bisa seperti monster..."

Curhatan anak-anak juga sering aku dengar dimobil. Serem ngga sih, ada salah satu anak di mobil,yang mengajukan pertanyaan,"Ayo, mama siapa yang paling galak??"  Lalu satu per satu anak-anak menyebutkan, bahwa mamaku suka beginiin aku, mamaku lebih galak lagi..sahut yang lain..Atau, "Ihh sekarang aku ngga suka sekolah, abis sekolahnya capee..belajarnya susah.."  Curhatan siang hari adalah curhatan yang paling menyayat hati. Biasanya kalau panas terik, sudah cape dari pagi belajar di sekolah, curhatan anak-anak bisa membuatku merasa belum banyak memberi cinta buat anak-anak,sehingga mereka mudah mengeluh. 

Cemberutan anak-anak juga suka aku dapatkan. Biasanya ini masalah siapa yang lebih dulu diantar pulang. Mungkin karena sudah lelah, semuanya mau diantar duluan, padahal aku sudah berusaha adil, dengan gantian/rolling.Pernah waktu itu aku terpaksa merubah jalan, karena yang belakangan aku antar ternyata muntah di mobil, sehingga aku mendahulukan yang sakit,...yahh namanya anak-anak, JANJI adalah JANJI..kalau itu dilanggar, aku tidak dapat senyuman lagi...aduuhh aku paling sedih kalau dicemberutin anak orang...takut diamuk orangtuanya hihihihihi...

Cemberutan ini sebenarnya masih banyak. Ada yang ngeluh sering terlambat (padahal aku terlambat paling lama 5 menit) , aku terlambatpun biasanya karena ada anak yang sangat moody kalau pagi mau berangkat sekolah...Jadi harus nunggu dia kerjain PR (yang baru dikerjain pagi hari), nunggu dia ke warung dulu untuk jajan, dan lain-lain..

Seperti banyak guru, biasanya murid yang paling "nakal/aneh2", yang paling "disayang" hehehe..iya ngga sih?? DAFFA adalah anak yang paling membuatku hhmmmm (awal-awal jd supir) emosi...Sebenarnya tidak emosi pada anaknya, tapi pada lingkungannya. Tapi bulan-bulan terakhir ini, aku punya perasaan beda terhadap DAFFA. Dan aku merasa, dia mulai bisa tersenyum padaku. Dia mulai sering curhat, sekarang dia lebih senang duduk di samping saya, sebelumnya dia selalu duduk di paling belakang. Kalau aku tanya,"DAFFA,apa kabar?" Sekarang dia menjawab saya,"Akhh mama arvind apaan sih..suka tanya-tanya gitu...aku baik,mama arvind.." (padahal dulu kalau aku tanya, atau sapa "Good morning,Daffa", dia tidak menjawab)

Ada Jeje juga yang selalu menghibur dengan kelucuannya..Jeje sangat-sangat menghibur siang hariku (sekarang Daffa suka rebutan dengan Jeje, karena Jeje juga suka duduk di depan).  Ada Brian yang cerdas, kalau pagi dijemput dia langsung cerita,"Tante, aku kemarin habis belajar ini, aku kemarin abis jalan-jalan ke sini, aku punya buku/mainan ini...tidak pernah seharipun Brian diam jika disamping saya..). Brian juga satu-satunya anak yang memanggilku dengan sebutan "Tante" , sedangkan yang lain "Mama Arvind" :-)

Sebenanrnya menjadi supir jemputan anak-anak TK perlu dibayar lebih hahahahaha...(karena ini bukan sekedar masalah jauh dekat ongkos bensinnya sejumlah berapa Rupiah...tapi ada unsurmomong disana..mungkin itu karena saya supir perempuan, punya anak pula, tidak tega mendiamkan anak yang bertanya padahal kita sedang konsentrasi di jalan).
Tapi ya dulu arvind juga pernah ikut jemputan sekolah, aku merasa berat sekali bayar jemputan. Yahh namanya juga ibu-ibu, maunya yang murah dapat bagus hehehehe...

Tapi dari semua itu, aku paling berterimakasih pada anakku ARVIND. Dia harus rela bangun pagi-pagi, supaya bisa berangkat ikut Mamanya mulai menjemput teman-teman sekolahnya. Arvind juga harus rela lebih lama sampai di rumah karena mamanya harus mengantarkan teman-temannya dulu, baru dia bisa pulang bersama mamanya. Arvind itu kekuatanku. Dia pernah mengeluh cape, tapi dia tetap mau ikut mamanya,padahal aku juga bs antar dia pulang dulu. Suatu saat, jika dia besar aku akan bilang padanya bahwa Arvind dari TK sudah bisa bayar uang sekolah sendiri. Uang hasil antar jemput itu memang hasil keringat Arvind untuk membayar uang sekolahnya sendiri.Pada awalnya dengan 6 anak, hanya cukup untuk uang sekolah Arvind. Sekarang dengan  9 anak yang ikut antarjemput, Arvind sudah bisa membayar uang sekolahnya sendiri, uang ekskul futsalnya, dan untuk gaji asisten rumah tangga kami di rumah. Terima kasih ya Vind, sudah bekerja membantu mama dan papa.

Bulan depan aku memutuskan tidak antarjemput sekolah Arvind lagi. Alasannya tidak bisa kupaparkan disini. Notes ini kupersembahkan buat anak-anakku tersayang, yang sudah menceriakan hari-hari mama arvind selama 6 bulan ini. Semoga kalian semua menjadi anak-anak yang bahagia, ceria, dan selalu dilindungi Tuhan walaupun dunia kadang tidak menyenangkan. Jadilah juga anak pemaaf, karena kami orang tua juga manusia biasa sering berbuat salah dan khilaf. 

Terima kasih anak-anakku...
salam sayang,
Mama Arvind

Semua Indah Pada Waktunya




Semua Indah Pada Waktunya…

Dulu, awal memiliki Arvind, aku sibuk mengajarinya supaya bisa cepat membaca. Bahkan dari bayi belum genap setahun, sudah ku-flash card matanya dengan banyak kata, berharap dia bisa cepat membaca. Tapi kata hatiku, aku akan berikan sesukanya, aku berharap dia lebih mencintai membaca kelak, ketimbang dia cepat bisa membaca.  Aku tidak berbangga dia harus bisa membaca di usia 2 tahun atau 3 tahun. Jika sekarang dia sudah bisa membaca,bahasa Indonesia dan kalimat pendek bahasa Inggris,  itulah keindahan waktu. Tugasku menjaganya untuk mencintai buku.

Dulu, Arvind takut sekali di kolam renang jika airnya lebih dari mata kakinya. Aku pikir, wah dia akan seperti aku, takut dengan air dalam. Tapi sekarang, dia sudah berani menyelamkan kepalanya ke bawah kolam renang. Bahkan terjun dari atas kolam renang ke dalam. Itulah keindahan waktu, tugasku untuk tidak terlalu banyak khawatir akan apa yang dia bisa atau tidak bisa

Dulu, Arvind susah sekali disuruh makan sendiri. Akupun jadi terbiasa menyuapinya, supaya cepat, pikirku. Tapi dalam hati, aku cemas dia tidak bisa menggunakan tangannya untuk makan sendiri, karena motorik halusnya kurang dilatih. Tapi beberapa waktu lalu, saat makan di Mc Donald, arvind minta makan sendiri, akupun mengiyakan, dan dia makan dengan lahap menggunakan tangannya sendiri sampai habis. Itulah keindahan waktu.

Dulu, saat akan melahirkan anak keduaku,Evan, aku khawatir Arvind harus ikut jemputan sekolah. Terbiasa mengantar- jemputnya ke sekolah setiap hari, membuatku deg-degan melepasnya sendiri. Apalagi dengan isu penculikan anak yang kerap terjadi, dan perasaan bahwa pak supir tidak bisa mengendarai mobilnya dengan hati-hati. Tapi aku berdoa, karena tak punya pilihan (ketimbang naik ojek motor-aku lebih tidak tenang), cuma bisa berdoa bahwa Tuhan akan menjaga anakku. Tepat 3 bulan, anakku baik-baik saja dan bahkan menikmati saat-saat pergi sekolah sendiri dan tidak aku tunggu. Itulah keindahan waktu. Aku hanya perlu sedikit berdoa, bahwa bukan hanya aku si penjaga anakku, tapi ada yang MAHA BESAR dari aku,yang turut menjaganya.Aku hanya perlu PERCAYA.

Dulu, aku sering menyemangati arvind untuk melepas roda sepedanya yang masih 4. Tapi dia belum mau. Apalagi setelah anak tetangga yang lebih muda umurnya (4th) sudah bisa naik sepeda roda dua, aku berusaha terus mengajarinya. Dulu, Arvind cepat bosan, apalagi semangat & emosinya mudah naik turun. Aku juga tidak mau memaksa. Tapi (dasar ibu-ibu) ketika anak tetangga lain juga bisa naik sepeda roda dua dengan cepat, aku kembali menyuruh arvind untuk latihan. Walau awalnya malas, tapi ternyata dia termotivasi juga melihat temannya yang lain sudah bisa naik sepeda roda dua. Jiwa berkompetisinya ada. Akhirnya, 25  Juni 2011, Arvind bisa naik sepeda roda dua sendiri. Aku bahagia sekali. Apalagi hari ini, setelah nginap 3 hari di rumah Eyangnya di Depok, ternyata Arvind sudah lebih lancar naik sepedanya. Sudah berani ‘ngebut’. Hehehe…

Itulah keindahan waktu.
Aku ini terlalu banyak khawatir. Padahal, semua akan indah pada waktunya,Mel…Ya..aku seharusnya tidak perlu terlalu banyak khawatir.  Kamu juga ya…^_^

**29 Juni 2011


"Bukan Hari Jadi tapi Menjadikan Hari"



Tanggal 29 September memang keramat buatku. Dulu semasa sekolah, bulan September memang jadi bulan ceria. Aku sangat suka dengan tanggal dan bulan kelahiranku. Aku suka tanggalnya, juga September sangat enak diucapkan dan didengar. Aku biasanya sibuk di bulan ini. Tapi itu dulu. Saat ini usiaku sudah 35 tahun. Aku menyukai penambahan usiaku, rasanya aku jadi lebih tua, dan berbeda. Aku ingin cepat-cepat merasakan usiaku di 40. hehehe...aneh ya...biasanya kita takut menua. Kembali ke saat ini. Aku mulai tidak terlalu menspesialkan tanggal dan bulan itu lagi. Aku tidak perlu mencari baju baru untuk menghadiahi diriku sendiri. Dulu aku suka ke salon untuk memanjakan diriku yang sedang berulangtahun. Aku suka makan-makan dengan teman-teman dan saudaraku. Tapi sekarang, aku biasa saja. Aku tidak terlalu mengharapkan ucapan selamat ulang tahun dari banyak orang, kalaupun ada aku terima dengan gembira juga. Bedanya, dulu, jika ada teman dekat atau saudara yang tidak mengucapkan happy birthday, aku akan sedih hihihihi..sekarang tidak lagi. Aku belajar memaklumi sesuatu.

Kamis pagi kemarin, suamiku dan Arvind mengejutkanku dengan nyanyian Selamat Ulang Tahun dan kue brownies berlilin ditangan. Evanpun terjaga. Mataku masih sangat mengantuk, karena baru terlelap jam 02.30 pagi. Sebenarnya agak sedih, karena tidak bisa menyelesaikan 'pekerjaan part time' ku sesuai waktu, jika hanya membaca 'proof' bisa cepat aku kerjakan, tapi mengetik ulang buku & mengeditnya, untuk waktu yg bisa kukerjakan hanya malam hari, berat juga bagiku. Kembali ke kejutan di pagi hari. Aku senang, karena suamiku memberi aku kado kecil yang cantik. Dulu Arvind pernah bilang, "Mama, kalau perempuan itu cantik, jika dia memakai anting." hehehe Arvind..Arvind..Ternyata suamiku memberi aku hadiah anting cantik hehehhe...

hadiah anting dari suamiku

Setelah berdoa bersama, aku mulai disibukkan dengan ucapan selamat ulang tahun dari handphone. Jam 06.00, tanteku (Iie) Betty mengirim sms pertamanya. Beliau memang selalu ingat ulang tahunku, aku sedih karena terlalu sering melupakan ulang tahunnya. Lalu mamaku menelponku, tanteku yang lain (Iie) Lily, Papa, adik dan kakakku, Ibu mertuaku, beberapa saudaraku & teman-temanku mengirim sms dan menuliskannya di wall FB. Aku senang.

Tapi hari ini aku ingin menyenangkan anak-anakku. Aku ganti kado untukku buat anak-anakku. Arvind minta ke Teras Kota untuk main animal kaiser & membeli album kartunya. ternyata kami kepagian sampai di sana, kami menunggu sambil nyuapin Evan buah melon. Arvind asik bermain bola dengan sandalnya.

sebelah sandal arvind jadi bola kaki ^_^

Akhirnya jam 10.00 kami ke lt.3. Wahhh Arvind agak kecewa karena ternyata kartu animal kaiser di dalam box habis, dan baru di restock sore hari. Akhirnya Arvind main kuda-kudaan dan ikut naik mobil2an dengan Evan.

balap kuda

ikut disetirin adiknya Evan

Setelah itu, kami cari album kartu animal kaiser yang baru, karena yang lama (album hadiah dari Uti & Omnya Arvind) sudah hampir penuh. Hehehe sekarang mamanya yang beliin.

album animal kaiser

Sebelum pulang kami mampir di toko buku rohani AVILLA di ruko dekat pasar modern BSD. AKu mau mencari buku doa tentang para malaikat, karena belakangan Arvind sering terganggu dengan mimpi buruknya akibat teman-temannya sering menakut-nakutinya dengan cerita setan, kuntilanak, hantu dsb. Akhirnya dapat juga buku doa dari 3 malaikat agung, St.Mikael, Rafael, dan Gabriel. Kebetulan sekali perayaan 3 malaikat agung ini bertepatan dengan hari ulang tahunku.

buku doa para malaikat agung

Kami makan siang dengan nasi timbel sebentar, karena arvind dan evan sudah kelelahan. Sampai di rumah, kami istirahat sebentar. Sorenya arvind mengajak aku berenang. Karena hari ini aku ingin menyenangkan anakku, maka aku turuti, walau aku lumayan cape juga. Kebetulan Evan baru saja dapat ban berenang baru dariku. Kami berenang bertiga di dekat rumah.

haiiii...akuu deg-degan nih berenang pake ban..
kakak arvind sukanya dorong banku, aku kan takut,kak...
begini lebih enak...melamun sambil terapung..^_^

Selain itu, terhadap diriku sendiri, aku menghadiahi jiwaku dengan pengampunan kepada seseorang. Mau tahu siapa dia? Hhmm orang yang kuampuni hari ini adalah seorang tukang bor/gali sumur yang mengobral janji jika ada kerusakan dia bersedia dipanggil lagi. ternyata dia tidak muncul-muncul, bahkan telpon dari saya tidak diterimanya. Berkali-kali aku mengucapkan, "Ohhhmmm Hoommm Hooomm" seperti seorang Hindu/Buddha mengucapkan kata Ohm..dan benar saja, aku mulai tidak sakit hati lagi ..aku ingin hariku ini tidak dikotori dengan pikiran kesal. Aku tidak mau mengutuknya juga dengan sumpah serapah. Aku hapus nomer telpon nya di HP ku..dan rasanya hatiku menjadi sangat ringan.
(oaaalllaahhh oooaaallllaaahhh hehehehe...)

Malamnya aku dapat hadiah lagu ciptaan Arvind untukku. Memang aku yang meminta arvind, karena ada request dari mba Esti temanku di Semarang yang menantang Arvind membuat lagu ulang tahun untukku. Dengan mata mengantuk, bisa juga arvind mengungkapkan perasaannya lewat lagu. Aku sangat mensyukuri hari itu. Mudah-mudahan, aku bisa semakin memperbaiki diri, banyak belajar, banyak memaafkan, banyak mengiklaskan sesuatu, banyak berpikir positif, dan banyak bersyukur. Terimakasih semuanya. Tak perlu mengucapkan selamat ulang tahun lagi padaku, cukup doakan aku dalam hatimu. Aku sudah sangat bahagia. AMIN.

"Surprise"



Weekend kali ini kami mengunjungi Eyang Akung & Uti Arvind Evan di Depok. Setelah Arvind dan Papanya main futsal di dekat rumah, berangkatlah kami ke Depok. Sesampainya di rumah Uti Akung, aku mendapat surprise dinyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun oleh seluruh keluarga (Uti,Akung, Om Thomas, Om Sony dan Tante Nuni), sambil Arvind memegang kue ulang tahun di tangannya.. . Kaget banget karena ini tidak biasa. Apalagi ada Arvind yang jadi MC membuka acara ulang tahun dadakan itu. 

Arvind lumayan lancar nih membaca kata sambutan hehehehe...

Setelah Arvind membuka acara, Akung memimpin doa bersama untuk mendoakan aku yang kemarin berulang tahun. Wahh..aku terharu sekali, aku pikir kami cuma akan makan siang bersama di luar, tapi ternyata ada acara sedikit di rumah. Hikss...terima kasih ya Bapakku, Ibuku, Om Thomas, Om Sony, tante NUni...U make my day today..

tiup lilin


Setelah menyanyi, ada dua kado besar dari keluarga hehehe..tambah happy aku. Ternyata isinya tas dan baju..wahh biasanya aku beli baju baru jika ulang tahun, sekarang dapat hadiahnya..^_^

Akhirnya setelah buka kado dan tiup lilin, kami segera meluncur ke rumah makan Solo KADIPOLO di Jl. Margonda. Kami makan siang bersama disana, Evan Arvind pesan sop ayam jamur dan sate, aku pesan gudeg (yang ternyata enakkkk bangettt...), ada tongseng juga, cah kangkung, dan garang asam. Kenyang banget siang tadi dan makanannya enak-enak..Terima kasih lagii  Bapak..Ibu...

makan siang di RM Kadipolo, Margonda

Arvind Evan juga senang karena ada mainan di RM tersebut. 

ada motor-motoran dan mobil-mobilan

Setelah itu kami langsung pulang ke rumah. Senangnya kalau di Depok, Arvind Evan bisa melihat banyak burung dan ayam peliharaan Akung. Wahh arvind juga berani pegang ulat hongkong untuk makan ayam. Dulu arvind juga berani pegang jangkrik untuk makanan ayam. Hehehe..sebenarnya anak-anak itu pemberani ya..hanya kadang orang tuanya yang geli (seperti aku) kalau pegang jenis2 ulat seperti ini..mudah2an Arvind Evan tidak jijikan pegang binatang ya..jangan seperti mamanya hehehe...

pegang ulat hongkong

Hari ini ternyata masih edisi ulang tahun. Aku bahagia bisa dikelilingi orang-orang yang aku sayangi dan menyayangi aku. Terima kasih terima kasih terima kasih...Aku percaya Tuhan sangat menyayangiku dan keluargaku. GOD BLESS YOU ALL..

evan dan ayam kate